Rahasia Ibadah dalam Manasik Haji dan Umrah

0

Ihram

Ihram menurut istilah adalah niat memasuki Ibadah Haji dan Umrah. Ihram merupakan penentu awal dalam pelaksanaan Ibadah Haji atau Umrah karena sebuah awal ditentukan dari niatnya dan menjadi awal penilaiannya pula "Innamal a'malu binniyyat"

Niat Haji atau Umrah dikenal dengan istilah "Ihram" karena dalam pelaksanaan Haji dan Umrah penuh dengan hal-hal yang dilarangkan (di Ihramkan) pada kondisi lain dibolehkan. 

Dikatakan Ihram sebagai penentu awal atas penilaian Ibadah yang akan dilaksanakan, sehingga hal-hal yang akan datang diukur dari Ihram itu, sebaliknya hal-hal sebelumnya belum bisa dijadikan ukuran contoh seseorang yang berhaji atau ber umrah karena ingin berwisata, karena ikut-ikutan atau karena ingin dipanggil haji atau karena malu karena tetangga atau saudaranya sudah berhaji sedangkan dia belum padahal dia tergolong mampu untuk berhaji dan berumrah.

Semua yang melatar belakangi hal seperti ini belum bisa menjadi ukuran atau awal penentu tentang nilai dan mutu ibadahnya, akan tetapi yang akan menentukan adalah saat akan memulai ihram apabila dengan rasa Ikhlas, Khusyu kepada Allah SWT dengan menyadari keberadaannya sebelumnya lalu ia Iqrarkan ihramnya dengan talbiyah "Labbaikallah humma hajjan / umratan" (aku memenuhi panggilanmu ya Allah semata-mata untuk berhaji / umrah) bila diucapkan dengan penuh kesadaran lalu ditambahkan dengan dzikir talbiyahnya "Laa syarikalak" (tiada sekutu bagimu tuhan). Artinya saya datang berhaji / berumbrah bukan lagi karena untuk berwisata, bukan karena untuk ikut-ikutan, bukan karena riya dan bukan karena harga diri akan tetapi semata-mata karena-Mu ya Allah, maka amalan-amalan haji dan umrahnya dihitung oleh Allah SWT dari ikrar itu bukan hal-hal yang melatar belakangi sebelumnya. Sebaiknya seseorang yang akan ber Ihram haji atau umrah terlebih dahulu mensucikan hati dan menafikkan seluruh perasaan negatif yang menyertai hatinya sebelum itu.

Hal-hal yang disunatkan pada saat persiapan ihram dan setelahnya antara lain:
  1. Merapikan dan membersihkan tubuh dari seluruh kotoran, najis dan bau yang tidak sedap melalui mandi, memotong kuku, menyukur rambut, jenggot dan meminyakinya dengan minyak wangi. Ini mengisyaratkan pentingnya kebersihan lahir (tubuh) untuk menghadap kepada zat yang Maha suci dan kepada Baitnya yang suci pula.
  2. Berpakaian ihram (dua lembar kain yang tidak yang tidak bertangkup) bagi lelaki dan pakaian penutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan bagi wanita. Hal ini mengisyaratkan kesederhanaan dan rasa kehambaan mengingat pakaian jenis tersebut adalah pakaian yang lazim dipakai oleh para budak dan fakir saat itu, dan hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW terkait dengan model kain ihram lelaki "Saya adalah Hamba maka pakaianku adalah pakaian Hamba-hamba dan pakaian budak", wanita pada masa itu tidak menutup muka dan tangannya sekaligus penanda wanita tersebut budak dan tidaknya sehingga Sayyidatina Aisyah RA berkata  bahwa kami (wanita-wanita mulia Arab) telah menutupi sekujur tubuh sebelum Ayat tentang Hijab dan Jilbab diturunkan.
  3. Niat Haji / Umrah diikrarkan selepas melaksanakan Shalat (Ulama berbeda pendapat tentang Shalat Nabi sebelum Ihram apakah Shalat Sunnah Ihram atau Sunnah Mutlaq atau Shalat Ashar yang di qasar). Mengisyaratkan bahwa ihram Haji didahului dengan penyerahan diri kepada Allah SWT semata-mata dalam segala hal (bimbingan, pertolongan, dan kesadaran atas kekurangan, keterbatasan dan dosa).
  4. Niat Haji dan Umrah diikrarkan ditempat yang suci sebagaimana halnya Rsaulullah SAW mengikrarkan ihramnya di dalam masjid Bir Ali dan diikuti oleh sebagian kecil sahabat yang ada dalam masjid, sedangkan Ikrar Ihram Rasulullah SAW di atas punggung ontanya diluar masjid adalah Ikrar yang kedua agar sebagian lagi sahabatnya mengikutinya yang belum mendengar Rasulullah didalam masjid adapun Ihram Rasulullah SAW setelah diluar masjid ditempat yang agak meninggi adalah Ihram ketiga agar seluruh sahabat yang belum mendengar sebelumnya dapat mengikutinya dengan seksama. Hal ini mengisyaratkan bolehnya Tajdidunniah (memperbaharui niat) hal ini diperbuat oleh Rasulullah dengan maksud mengajari pada sahabatnya tentang pelaksanaan Manasik Haji maupun Umrah. "Khutzuu Annii Manasikakum" H.S. Buchari.
  5. Niat Haji / Umrah melalui atau diikuti dengan Talbiyah sebagai pernyataan keikhlasan niat semata-mata dia berihram untuk berhaji/berumrah  sekaligus menafikkan semua bentuk kesyirikan dan pernyataan syukur atas seluruh nikmat yang dilimpahkan Allah SWT atasnya Tuhan yang Maha Berhak atas segala sanjung dan kekuasaan.
  6. Makna yang tersirat dalam talbiyah                                                                                      لبيك اللهم لبيك لبيك لا شريك لك لبيك إن الحمد ونعمة لك والملك لا شريك لك                     "Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu tiada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya segala puji dan kesempurnaan bagi-Mu, tiada sekutu bagi-Mu" 

    Yaitu:

    1.  Umrah dan Haji adalah semata-mata karena adanya panggilan Allah SWT perkenaan Allah sebagai     pengunjung bait-Nya merupakan jawaban atas undangan yang telah disuarakan oleh Nabi Ibrahim      AS yang gemanya disampaikan langsung oleh Allah SWT kehati hamba yang dipilih-Nya sebagai        tamu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Fachrurrozi dalam menafsirkan ayat


              
    QS. Al-Hajj : 27Nabi Ibrahim AS bertanya pada Allah SWT, "Ya Allah, bagaimana suaraku memanggil hamba-Mu padahal ia akan dibatasi jarak dan waktu", maka Allah SWT menjawab, "menyeruhlah, saya yang akan menyampaikan panggilan itu ke dada hamba-Ku yang Ku pilih.
         2. Keihlasan semata-mata karena Allah SWT, karena Allah hanya menerima Ibadah yang ihlas, bersih dari niat lain (mensekutukan Allah)

        3. Pernyataan syukur atas seluruh ni'mat karunia Allah SWT dari undangan, kesempatan, kesehatan, kemampuan badan dan perbekalan serta keamanan sehingga ibadah Umrah dan Haji dapat dilaksanakan4. Pengakuan yang tulus atas seluruh kebesaran, kesempurnaan, dan kekuasaan adalah milik Allah SWT yang berarti adalah doa dan tawakkal kepada Sang-pengundang yang memiliki segala kesempurnaan.          
(menyusul Hikmah perjalanan Umrah dan Haji ke tempat yang khusus yaitu Baitullah dan Masyaair Haram)





































0 komentar: